Hujan adalah air yang diturunkan dari langit dan penuh keberkahan. Allah Ta’ala berfirman (yang ertinya), “Dan Kami turunkan dari langit air yang penuh keberkahan lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.” (QS. Qaaf: 9). Yang dimaksud keberkahan di sini adalah banyaknya kebaikan.
Allah telah menurunkan hujan sebagai rahmat di saat diperlukan oleh seluruh makhluk. Allah Ta’ala berfirman (yang ertinya), “Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.” (QS. Asy Syuura: 28). Yang dimaksudkan dengan rahmat di sini adalah hujan sebagaimana dikatakan oleh Maqotil.
Di antara keberkahan dan manfaat hujan adalah manusia, haiwan dan tumbuh-tumbuhan sangat memerlukannya untuk keberlangsungan hidup, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman (yang ertinya), “Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al Anbiya’: 30).
Al Baghowi menafsirkan ayat ini, “Kami menghidupkan segala sesuatu menjadi hidup dengan air yang turun dari langit yaitu menghidupkan haiwan, tanaman dan pepohonan. Air hujan inilah sebab hidupnya segala sesuatu.”
1. Beberapa Amalan Ketika Turun Hujan
Takut datangnya adzab ketika mendung
Ketika muncul mendung, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu khuatir, jangan-jangan akan datang adzab dan kemurkaan Allah.”
Doa ketika turun hujan sebagai rasa syukur pada Allah
’Aisyah radhiyallahu ’anha berkata, ”Nabi SAW ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, ”Allahumma shoyyiban nafi’an” [Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat]”.
Turunnya hujan, kesempatan terbaik untuk memanjatkan doa
Ibnu Qudamah dalam Al Mughni mengatakan, ”Dianjurkan untuk berdoa ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Carilah doa yang mustajab pada tiga keadaan: Bertemunya dua pasukan, Menjelang solat dilaksanakan, dan Saat hujan turun.”
Doa ketika terjadi hujan lebat
Nabi SAW suatu saat pernah meminta diturunkan hujan. Kemudian ketika hujan turun begitu lebatnya, beliau memohon pada Allah agar cuaca kembali menjadi cerah. Nabi SAW berdoa, “Allahumma haawalaina wa laa ’alaina. Allahumma ’alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari [Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk meruosak kami. Ya Allah, turunkanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan].
Doa ketika terjadi angin kencang
Dianjurkan bagi seorang muslim ketika terjadi angin kencang untuk membaca doa berikut sebagaimana yang disebutkan dalam hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah SAW mengucapkan ketika itu, “Allahumma inni as-aluka khoirohaa wa khoiro maa fiihaa wa khoiro maa ursilat bihi, wa a’udzu bika min syarrihaa wa syarri maa fiiha wa syarri maa ursilat bihi (Ya Allah, Aku memohon kepada-Mu baiknya angin ini dan kebaikan yang ada padanya, dan aku memohon kebaikan dari yang diutus dengannya. Aku berlindung kepada-Mu dari buruknya angin ini, dan keburukan yang ada padanya dan aku berlindung dari keburukan yang diutus dengannya).”
Doa ketika mendengar suara petir
Apabila ’Abdullah bin Az Zubair mendengar petir, dia menghentikan pembicaraan, kemudian mengucapkan, “Subhanalladzi yusabbihur ro’du bi hamdihi wal mala-ikatu min khiifatih” (Mahasuci Allah yang petir dan para malaikat bertasbih dengan memuji-Nya kerana rasa takut kepada-Nya).”
Mengambil berkah dari air hujan
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, ”Kami pernah kehujanan bersama Rasulullah SAW. Lalu Rasulullah SAW menyingkap bajunya hingga tersiram hujan.
Kemudian kami mengatakan, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan demikian?” Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Kerana hujan ini baru saja Allah ciptakan.”
An Nawawi menjelaskan, “Makna hadits ini adalah hujan itu rahmat iaitu rahmat yang baru saja diciptakan oleh Allah Ta’ala. Oleh kerana itu, Nabi SAW bertabaruk (mengambil berkah) dari hujan tersebut.”
Dianjurkan berwudhu dengan air hujan
Dalilnya, “Apabila air mengalir di lembah, Nabi SAW mengatakan, “Keluarlah kalian bersama kami menuju air ini yang telah dijadikan oleh Allah sebagai alat untuk bersuci”. Kemudian kami bersuci dengannya.”
Tidak boleh mencela hujan
Sebahagian orang sering keluar dari mulutnya celaan, “Aduh!! hujan lagi, hujan lagi”. Ketahuilah, Nabi SAW telah menasihatkan kita agar jangan selalu menjadikan makhluk yang tidak dapat berbuat apa-apa sebagai kambing hitam jika kita mendapatkan sesuatu yang tidak kita sukai.
Seperti beliau melarang kita mencela waktu dan angin kerana kedua makhluk tersebut tidak dapat berbuat apa-apa.
Dalam sebuah hadits qudsi, Rasulullah SAW bersabda, Allah Ta’ala berfirman (yang ertinya), “Manusia menyakiti Aku; dia mencaci maki masa (waktu), padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Aku-lah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti.” Rasulullah SAW juga bersabda, "Janganlah kamu mencaci maki angin.”
Dari dalil di atas terlihat bahawa mencaci maki masa (waktu) dan angin adalah sesuatu yang terlarang.
Begitu pula halnya dengan mencaci maki makhluk yang tidak dapat berbuat apa-apa, seperti mencaci maki angin dan hujan adalah terlarang.
Doa setelah turun hujan
Doanya adalah, “Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih (Kita diberi hujan kerana kurnia dan rahmat Allah).”
2. Keringanan Ketika Turun Hujan
Bolehnya meninggalkan solat jama’ah di masjid ketika turun hujan
Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas, beliau mengatakan kepada mu’adzin pada saat hujan, ”Apabila engkau mengucapkan ’Asyhadu allaa ilaha illalloh, asyhadu anna Muhammadar Rasulullah’, maka janganlah engkau ucapkan ’Hayya ’alash sholaah’. Tetapi ucapkanlah ’Sholluu fii buyutikum’ [Solatlah di rumah kalian]. …”
An Nawawi (semoga Allah merahmati beliau) menjelaskan, ”Dari hadits di atas terdapat dalil tentang keringanan untuk tidak melakukan solat jama’ah ketika turun hujan dan ini termasuk uzur (halangan) untuk meninggalkan solat jama’ah. Dan solat jama’ah -sebagaimana yang dipilih oleh ulama Syafi’iyyah- adalah solat yang mu’akkad (betul-betul ditekankan) apabila tidak ada uzur. Dan tidak mengikuti solat jama’ah dalam keadaan seperti ini adalah suatu hal yang disyari’atkan (diperbolehkan) bagi orang yang susah dan sulit melakukannya. Hal ini berdasarkan riwayat lainnya, ”Siapa yang mahu, silakan mengerjakan solat di rihal (kendaraannya) masing-masing.”
Sayid Sabiq (semoga Allah merahmati beliau) dalam Fiqh Sunnah menyebutkan salah satu sebab yang membolehkan tidak ikut solat berjama’ah adalah cuaca yang dingin dan hujan. Lalu beliau membawakan perkataan Ibnu Baththol yang menyatakan bahawa hal ini adalah ijma’ (kesepakatan para ulama).
Dari hadits-hadits yang dibawakan oleh Imam Muslim dalam kitab shahihnya, ada beberapa lafadz tambahan azan ketika hujan, dingin, angin kencang dan tanah yang penuh lumpur baik ketika mukim maupun safar:
An Nawawi mengatakan, “Lafaz ini boleh diucapkan setelah azan mahupun di tengah-tengah azan kerana terdapat dalil mengenai dua model ini. Akan tetapi, mengucapkannya sesudah azan lebih baik agar lafaz azan yang biasa diucapkan tetap ada.”
Bolehnya menjama’ solat ketika hujan kuat
Dari Abu Az Zubair, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, beliau berkata, ”Rasulullah SAW pernah mengerjakan solat Zuhur dan Asar serta Maghrib dan Isya’ secara jama’, bukan dalam keadaan takut mahupun safar.” Yang meriwayatkan dari Abu Az Zubair adalah Imam Malik dalam Muwatho’nya. Imam Malik mengatakan, ”Aku menyangka bahawa menjama’ di sini adalah ketika hujan.”
Al Baihaqi mengatakan, ”Begitu pula hadits ini diriwayatkan oleh Zuhair bin Mu’awiyah dan Hammad bin Salamah, dari Abu Az Zubair, juga dikatakan, ”(Beliau menjama’) bukan kerana keadaan takut dan bukan pula kerana safar. Akan tetapi dalam riwayat tersebut tidak disebutkan solat Maghrib dan ’Isya dan hanya disebut jama’ tersebut dilakukan di Madinah.” Ertinya, Nabi SAW melakukan jama’ ketika mukim (tidak berpergian) dalam keadaan hujan.
Beberapa perkara yang perlu diperhatikan:
Demikian panduan ringkas mengenai beberapa amalan dan keringanan dari syariat ketika turun hujan.
Semoga kita dimudahkan untuk mengamalkannya walaupun di tengah keterasingan. Hanya Allah yang memberi taufik.
BACA INI JUGA: Unik! Bangunan 'Menyanyi' Apabila Hujan
sumber: akuhamba-allah
Allah telah menurunkan hujan sebagai rahmat di saat diperlukan oleh seluruh makhluk. Allah Ta’ala berfirman (yang ertinya), “Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.” (QS. Asy Syuura: 28). Yang dimaksudkan dengan rahmat di sini adalah hujan sebagaimana dikatakan oleh Maqotil.
Di antara keberkahan dan manfaat hujan adalah manusia, haiwan dan tumbuh-tumbuhan sangat memerlukannya untuk keberlangsungan hidup, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman (yang ertinya), “Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al Anbiya’: 30).
Al Baghowi menafsirkan ayat ini, “Kami menghidupkan segala sesuatu menjadi hidup dengan air yang turun dari langit yaitu menghidupkan haiwan, tanaman dan pepohonan. Air hujan inilah sebab hidupnya segala sesuatu.”
1. Beberapa Amalan Ketika Turun Hujan
Takut datangnya adzab ketika mendung
Ketika muncul mendung, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu khuatir, jangan-jangan akan datang adzab dan kemurkaan Allah.”
Doa ketika turun hujan sebagai rasa syukur pada Allah
’Aisyah radhiyallahu ’anha berkata, ”Nabi SAW ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, ”Allahumma shoyyiban nafi’an” [Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat]”.
Turunnya hujan, kesempatan terbaik untuk memanjatkan doa
Ibnu Qudamah dalam Al Mughni mengatakan, ”Dianjurkan untuk berdoa ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Carilah doa yang mustajab pada tiga keadaan: Bertemunya dua pasukan, Menjelang solat dilaksanakan, dan Saat hujan turun.”
Doa ketika terjadi hujan lebat
Nabi SAW suatu saat pernah meminta diturunkan hujan. Kemudian ketika hujan turun begitu lebatnya, beliau memohon pada Allah agar cuaca kembali menjadi cerah. Nabi SAW berdoa, “Allahumma haawalaina wa laa ’alaina. Allahumma ’alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari [Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk meruosak kami. Ya Allah, turunkanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan].
Doa ketika terjadi angin kencang
Dianjurkan bagi seorang muslim ketika terjadi angin kencang untuk membaca doa berikut sebagaimana yang disebutkan dalam hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah SAW mengucapkan ketika itu, “Allahumma inni as-aluka khoirohaa wa khoiro maa fiihaa wa khoiro maa ursilat bihi, wa a’udzu bika min syarrihaa wa syarri maa fiiha wa syarri maa ursilat bihi (Ya Allah, Aku memohon kepada-Mu baiknya angin ini dan kebaikan yang ada padanya, dan aku memohon kebaikan dari yang diutus dengannya. Aku berlindung kepada-Mu dari buruknya angin ini, dan keburukan yang ada padanya dan aku berlindung dari keburukan yang diutus dengannya).”
Doa ketika mendengar suara petir
Apabila ’Abdullah bin Az Zubair mendengar petir, dia menghentikan pembicaraan, kemudian mengucapkan, “Subhanalladzi yusabbihur ro’du bi hamdihi wal mala-ikatu min khiifatih” (Mahasuci Allah yang petir dan para malaikat bertasbih dengan memuji-Nya kerana rasa takut kepada-Nya).”
Mengambil berkah dari air hujan
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, ”Kami pernah kehujanan bersama Rasulullah SAW. Lalu Rasulullah SAW menyingkap bajunya hingga tersiram hujan.
Kemudian kami mengatakan, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan demikian?” Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Kerana hujan ini baru saja Allah ciptakan.”
An Nawawi menjelaskan, “Makna hadits ini adalah hujan itu rahmat iaitu rahmat yang baru saja diciptakan oleh Allah Ta’ala. Oleh kerana itu, Nabi SAW bertabaruk (mengambil berkah) dari hujan tersebut.”
Dianjurkan berwudhu dengan air hujan
Dalilnya, “Apabila air mengalir di lembah, Nabi SAW mengatakan, “Keluarlah kalian bersama kami menuju air ini yang telah dijadikan oleh Allah sebagai alat untuk bersuci”. Kemudian kami bersuci dengannya.”
Tidak boleh mencela hujan
Sebahagian orang sering keluar dari mulutnya celaan, “Aduh!! hujan lagi, hujan lagi”. Ketahuilah, Nabi SAW telah menasihatkan kita agar jangan selalu menjadikan makhluk yang tidak dapat berbuat apa-apa sebagai kambing hitam jika kita mendapatkan sesuatu yang tidak kita sukai.
Seperti beliau melarang kita mencela waktu dan angin kerana kedua makhluk tersebut tidak dapat berbuat apa-apa.
Dalam sebuah hadits qudsi, Rasulullah SAW bersabda, Allah Ta’ala berfirman (yang ertinya), “Manusia menyakiti Aku; dia mencaci maki masa (waktu), padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Aku-lah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti.” Rasulullah SAW juga bersabda, "Janganlah kamu mencaci maki angin.”
Dari dalil di atas terlihat bahawa mencaci maki masa (waktu) dan angin adalah sesuatu yang terlarang.
Begitu pula halnya dengan mencaci maki makhluk yang tidak dapat berbuat apa-apa, seperti mencaci maki angin dan hujan adalah terlarang.
Doa setelah turun hujan
Doanya adalah, “Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih (Kita diberi hujan kerana kurnia dan rahmat Allah).”
2. Keringanan Ketika Turun Hujan
Bolehnya meninggalkan solat jama’ah di masjid ketika turun hujan
Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas, beliau mengatakan kepada mu’adzin pada saat hujan, ”Apabila engkau mengucapkan ’Asyhadu allaa ilaha illalloh, asyhadu anna Muhammadar Rasulullah’, maka janganlah engkau ucapkan ’Hayya ’alash sholaah’. Tetapi ucapkanlah ’Sholluu fii buyutikum’ [Solatlah di rumah kalian]. …”
An Nawawi (semoga Allah merahmati beliau) menjelaskan, ”Dari hadits di atas terdapat dalil tentang keringanan untuk tidak melakukan solat jama’ah ketika turun hujan dan ini termasuk uzur (halangan) untuk meninggalkan solat jama’ah. Dan solat jama’ah -sebagaimana yang dipilih oleh ulama Syafi’iyyah- adalah solat yang mu’akkad (betul-betul ditekankan) apabila tidak ada uzur. Dan tidak mengikuti solat jama’ah dalam keadaan seperti ini adalah suatu hal yang disyari’atkan (diperbolehkan) bagi orang yang susah dan sulit melakukannya. Hal ini berdasarkan riwayat lainnya, ”Siapa yang mahu, silakan mengerjakan solat di rihal (kendaraannya) masing-masing.”
Sayid Sabiq (semoga Allah merahmati beliau) dalam Fiqh Sunnah menyebutkan salah satu sebab yang membolehkan tidak ikut solat berjama’ah adalah cuaca yang dingin dan hujan. Lalu beliau membawakan perkataan Ibnu Baththol yang menyatakan bahawa hal ini adalah ijma’ (kesepakatan para ulama).
Dari hadits-hadits yang dibawakan oleh Imam Muslim dalam kitab shahihnya, ada beberapa lafadz tambahan azan ketika hujan, dingin, angin kencang dan tanah yang penuh lumpur baik ketika mukim maupun safar:
- Alaa shollu fir rihaal ertinya Hendaklah solat di rumah (kalian)
- Alaa shollu fi rihaalikum ertinya Hendaklah solat di rumah kalian
- Sholluu fii buyutikum ertinya solat di rumah kalian
An Nawawi mengatakan, “Lafaz ini boleh diucapkan setelah azan mahupun di tengah-tengah azan kerana terdapat dalil mengenai dua model ini. Akan tetapi, mengucapkannya sesudah azan lebih baik agar lafaz azan yang biasa diucapkan tetap ada.”
Bolehnya menjama’ solat ketika hujan kuat
Dari Abu Az Zubair, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, beliau berkata, ”Rasulullah SAW pernah mengerjakan solat Zuhur dan Asar serta Maghrib dan Isya’ secara jama’, bukan dalam keadaan takut mahupun safar.” Yang meriwayatkan dari Abu Az Zubair adalah Imam Malik dalam Muwatho’nya. Imam Malik mengatakan, ”Aku menyangka bahawa menjama’ di sini adalah ketika hujan.”
Al Baihaqi mengatakan, ”Begitu pula hadits ini diriwayatkan oleh Zuhair bin Mu’awiyah dan Hammad bin Salamah, dari Abu Az Zubair, juga dikatakan, ”(Beliau menjama’) bukan kerana keadaan takut dan bukan pula kerana safar. Akan tetapi dalam riwayat tersebut tidak disebutkan solat Maghrib dan ’Isya dan hanya disebut jama’ tersebut dilakukan di Madinah.” Ertinya, Nabi SAW melakukan jama’ ketika mukim (tidak berpergian) dalam keadaan hujan.
Beberapa perkara yang perlu diperhatikan:
- Yang diperintahkan ketika hujan adalah menjama’ shalat (menggabungkan dua solat) tanpa perlu mengqashar.
- Jama’ dilakukan dengan imam di masjid dan bukan dilakukan di rumah.
- Apabila solat telah dijama’ pada waktu pertama dari dua solat, lalu setelah dijama;’, hujan tersebut reda, maka solatnya tetap sah dan tidak perlu diulangi.
- Boleh menjama’ solat zhuhur dan asar atau maghrib dan Isya. Yang paling afdhal jika dilakukan dengan jama’ taqdim.
- Hujan yang membolehkan seseorang menjama’ solat adalah hujan yang boleh membuat pakaian basah kuyup dan mendapat kesulitan jika harus berjalan dalam keadaan hujan. Adapun hujan yang rintik-rintik dan tidak begitu kuat, maka tidak boleh untuk menjama’ solat ketika itu.
Demikian panduan ringkas mengenai beberapa amalan dan keringanan dari syariat ketika turun hujan.
Semoga kita dimudahkan untuk mengamalkannya walaupun di tengah keterasingan. Hanya Allah yang memberi taufik.
BACA INI JUGA: Unik! Bangunan 'Menyanyi' Apabila Hujan
sumber: akuhamba-allah